We Are The Champions – Queen Lyrics & Listen

We Are The Champions – Queen Lyrics & Listen

Andrea Hirata Seman Said Harun

Andrea Hirata Seman Said Harun (lahir di Belitung, 24 Oktober 1982; umur 29 tahun) adalah seorang penulis Indonesia. Ia berasal dari Pulau Belitung, provinsi Bangka Belitung. Novel pertamanya adalah novel Laskar Pelangi, novel sastra yang paling laris di Indonesia dari tahun 2006 sampai 2007.
Andrea Hirata menghasilkan tetralogi novel, yaitu:
-Laskar Pelangi
-Sang Pemimpi
-Edensor
-Maryamah Karpov
Selain Tetralogi laskar pelangi, Andrea juga menghasilkan karya lain, yaitu Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas yang terbit tahun 2010.
Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains--fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya.
Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah. Saat ini Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom.

Wawancara Andrea Hirata

Nama Andrea Hirata mulai dikenal sejak meluncurkan novel tetralogi, ‘Laskar Pelangi’, ‘Sang Pemimpi’, ‘Endensor’, dan ‘Maryamah Karpov’. Pria kelahiran Belitung, 24 Oktober ini pun semakin dikenal masyarakat setelah novelnya diangkat ke layar lebar dengan judul ‘Laskar Pelangi’.
Berkat ‘Laskar Pelangi’, kunjungan wisata di Belitung meningkat pesat. Orang berbondong-bondong ingin melihat pantai seperti yang ada di film tersebut. Tidak hanya di Indonesia, novel dan film ‘Laskar Pelangi’ juga mendapat sambutan hangat di luar negeri. Di Amerika misalnya, novel ‘Laskar Pelangi’ sudah terjual lebih dari 4.000 eksemplar. Sementara filmnya sendiri pernah diputar di Festival Berlin.
Meski demikian, kesuksesan ini tidak lantas membuat seorang Andrea Hirata jumawa. Di sela kesibukannya, Andrea menyempatkan diri berbagi pengalamannya sebagai penulis novel, cerpen, dan pencipta lagu kepada VIVAnewspada Selasa, 14 Juni 2011. Berikut petikan wawancaranya:
Anda  sudah merilis kurang lebih tujuh novel dalam kurun waktu lima tahun dan hampir setiap novel yang dirilis jadi bestseller. Apakah Anda pernah membayangkan hal ini sebelumnya?
Sungguh nggak terbayang. Sekarang jadi nama pelabuhan, puisi saya ditulis orang dalam sebuah batu seberat tujuh ton. Semua itu bukan karena saya pintar menulis, namun ‘Laskar Pelangi’ berkembang sebagai reaksi dari masyarakat Indonesia yang telah kehilangan role model, tokoh-tokoh untuk dicontoh.
Tidak seperti dulu. Dulu orang punya contoh, Soekarno, Ki Hajar Dewantara, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Sekarang orang kehilangan tokoh untuk menjadi panutan, kemudian mereka beralih pada kisah-kisah yang memberi kekuatan pada mereka. Itu mengapa ‘Laskar Pelangi’ diterima masyarakat luas. Tidak ada hubungannya dengan kualitas saya sebagai penulis.
Novel ‘Laskar Pelangi’ memberikan dampak yang luar biasa bagi pariwisata di Belitung. Bahkan PT. Pelindo mengubah nama Pelabuhan Tanjung Pandan menjadi Pelabuhan Laskar Pelangi. Bagaimana tanggapan Anda?
Saya ada pengalaman menarik. Kalau akhir minggu di Iowa, Amerika Serikat, kami dibebaskan pergi kemana saja. Namun sedapat mungkin yang berhubungan dengan sastra. Suatu akhir minggu saya memilih pergi ke Hannibal, kota kecil, tujuh jam naik mobil dari arah Iowa ke Missouri. Kota itu adalah tempat kelahiran Mark Twain yang menulis ‘The Adventures of Tom Sawyer’ dan ‘Adventures of Huckleberry Finn’.
Nah, seluruh hal di dalam kota kecil Hannibal itu dihubungkan dengan Mark Twain atau karya-karyanya tadi. Dengan cara itulah kota Hannibal menarik turis, ribuan orang datang hanya untuk naik kapal uap seperti di ‘The Adventures of Tom Sawyer’. Apa yang dilakukan Belitung terhadap ‘Laskar Pelangi’ menurut saya sudah terlambat.
Bukan persoalan memegah-megahkan nama saya, nggak penting. Namun setelah September 2008, ini fakta, turisme di Belitung naik 800 persen. Sekarang apa sih yang terjadi September 2008, itulah pemutaran film ‘Laskar Pelangi’.
Sekarang orang bertanya kepada saya apakah saya puas. Kalau nanti berkunjung ke Belitung ada sebuah tempat yang sangat terkenal namanya Pulau Lengkuas dan Pantai Tanjung Tinggi. Saya mendengar langsung dari nelayan, mereka bilang sebelum ‘Laskar Pelangi’ dapat sekali sebulan ngantar orang ke pulau Lengkuas itu sudah bagus. Sekarang jadi menolak, malah nggak melaut. Bagi saya itu kepuasan yang sesungguhnya. Nafsu, royalti itu sudah bukan masalah lagi.
Pernah terpikir membuat novel yang sama sekali tidak membahas soal Belitung?
Saya punya tema-tema lain. Saya terangkan dulu proses kreatif saya. Mungkin berbeda dengan penulis lain umumnya di Indonesia. Saya menggunakan 90 persen waktu untuk riset dan 10 persen waktu untuk menulis. Ketika saya selesai riset, mulai dari kata pertama sampai kata terakhir di 600 halaman saya sudah tahu. Saya menulis dengan cepat, yaitu semua novel saya selesai hanya dalam hitungan 2-3 minggu dengan 500-600 halaman.
Orang-orang yang tidak mengenal saya dengan informasi ini akan memiliki dua sikap. Mereka akan mengatakan, akan terkagum-kagum. Yang kedua mereka akan mengatakan, saya sombong. Dua-duanya keliru. Karena misalnya, ‘Padang Bulan’ itu risetnya empat tahun, nulisnya tiga minggu. Riset empat tahun, bayangkan bagaimana perasaan saya ketika hari ini launching, dua hari kemudian sudah ada bajakannya. Dan bagaimana perasaan saya ketika yang jual buku bajakan itu nawarin ke saya sendiri ketika saya lagi makan. Lima kali terjadi. Jadi saya senyum-senyum saja.
Saya punya tema lain. Misalnya saya menulis tentang Jakarta. Itu setting Jakarta dan saya melepaskan diri sebagai aku. Dan saya nggak suka. Nah, ternyata di dalam menulis ada yang disebut sebagai sense of place.Sense of place itu ternyata harta karun bagi seorang penulis. Karena itu John Steinbeck selalu saja menulis dengan latar belakang California. Saya mengerti sekali. Apakah John Steinbeck tidak bisa menulis dengan tema New York? Steinbeck gitu loh, sudah setingkat itu. Bisa saja, apa susahnya. Tapi sense of place itu sesuatu yang di bawah sadar itu menggerakkan penulis.
Saya suka masjid, saya suka orang-orang aneh yang saya temui di kampung, tentang warung kopi. Saya suka menulis tentang orang-orang yang sudah lama tidak saya jumpa. Saya suka sekali menulis satu orang yang dalam sekali. Kita lihat bagaimana dia, apa pekerjaannya, bagaimana keluarganya. Jadi tulisan itu bukan melebar, tapi dia ke dalam. Dan itu memberikan sebuah intellectual, cultural, and emotional satisfaction.
Riset seperti apa yang Anda lakukan?
Ada orang Belanda, Dr. Gerard Hofstede. Dia pernah ngajar saya dan dia bikin disertasi S3. Disertasinya adalah meneliti budaya perusahaan di seluruh cabang IBM di dunia. Ditelitimasculinitypower distance, tentang sikap bawahan dengan atasan. Ketika saya mau menulis ‘Padang Bulan’ saya kirim email, bisa nggak teori dipakai bukan meneliti budaya perusahaan, tapi komunitas di kampung saya. Dia bilang bisa aja, tapi harus dimodifikasi. Saya email-emailan selama satu tahun dan memodifikasi kuisioner.
Siapa penulis novel yang paling mempengaruhi gaya penulisan Anda?
Saya ada sebuah kelemahan, banyak kelemahan. Maksudnya dalam sastra ini antara lain saya jarang membaca novel. Sampai hari ini mungkin saya hanya baru menghabiskan lima buah novel. Namun, saya melalap habis buku-buku sains, biologi, psikologi, ekonomi, statistik.
Saya bukan pembaca novel. Karena itu saya tidak banyak tahu banyak penulis. Namun dari lima yang sudah saya habiskan, saya mengagumi Antonio Skarmeta dalam ‘Il Postino’ dan Truman Capote dalam ‘In Cold Blood’. Menurut saya Truman Capote dalam ‘In Cold Blood’ adalah guru bagi tulisan kreatif non-fiksi. Sementara ‘Il Postino’ memberi saya bagaimana agar sebuah tulisan itu memiliki sense of humour.
Ada seorang penulis namanya Alan Lightman yang menulis ‘Einstein’s Dreams’. Dia mengajari saya bagaimana “menembak” sebuah potret besar dari tujuan sebuah tulisan tentang kesadaran manusia, tentang hubungan sains dan religi. Segala rupa yang berangkat dari tema-tema kecil.
Sebetulnya gaya penulisan Anda seperti apa?
Tidak pernah memahami. Karena ternyata untuk memahami style seorang penulis diperlukan expert. Sejujurnya saya kesulitan menulis cerpen. Saya lebih seperti pelari maraton karena saya menulis novel. Saya tidak bisa jawab sebelum novel ke-7 ini saya menulis seperti apa. Namun saya kira proses kreatif saya akan memberi jawaban kalau saya ceritakan. Kalau saya menulis jarang saya baca lagi. Duduk 4-5 bab nggak pernah saya baca. Artinya saya penulis yang spontan dan ekspresif. Saya belajar untuk menguasai tempo.
Pengajar saya di Iowa Jane Smiley yang juga pemenang Pulitzer  mengatakan kepada saya bahwa saya membuat paragraf seperti lagu. Jadi ada intro, ada brigde, reff, interlude. Kemudian ada muncul fade in atau berakhir seperti fade out. Yang mengatakan itu bukan saya, tetapi orang lain. Itulah gaya saya. Maka di beberapa bagian tulisan saya akan seperti melodramatik karena dibuat dengan konsep menulis lagu. Saya menyukai banyak tokoh, saya menemukan cara sendiri untuk menyimbangkannya.*Ini bukan hal yang mudah. Namun, saya belajar sendiri, riset.
Apakah dalam menulis novel, puisi, lagu butuh suasana khusus?
Saya belajar untuk tidak pernah tunduk pada mood. Saya tidak memerlukan suasana tertentu, jam tertentu, waktu tertentu. Sebagian besar memperbaiki novel ‘Sebelas Patriot’ dilakukan di atas kereta di Amerika, saat di Iowa atau di atas pesawat. Saya punya perekam kecil, saya omongin.
Saya percaya ketika kita masih menguasai tulisan itu, tulisan itu nggak akan bagus. Dia akan bagus kalau tulisan itu menguasai kita. Saya mengetik pakai laptop. Di Belitung saya tidak pernah menulis, tetapi saya duduk berjam-jam di warung kopi. Riset, ngobrol sama orang tentang negara, persahabatan, rumah tangga, nggak ada habis-habisnya.
Bisa diceritakan pengalaman menarik selama mengambil beasiswa di Iowa University?
Itu pertama kalinya saya belajar sastra karena latar belakang saya dulu S1 dan S2 ekonomi. Jadi ketika saya ditelepon US Embassy saya dibilang dapat beasiswa saya sempat ragu berangkat nggak nih. Tetapi setelah berangkat, nggak menyesal. Luar biasa, banyak sekali ilmu yang didapat.
Novel ‘Sebelas Patriot’ sudah selesai dua tahun yang lalu, namun banyak mengalami perubahan setelah pulang dari Iowa. Jadi karya ini boleh dibilang ada sentuhan setelah saya mengetahui apa sih itu sastra. Saya nggaktahu, publik yang akan menilai apakah setelah belajar sastra lebih bego nulisnya atau sebelumnya…hahaha. Saya juga penasaran dengan reaksi publik.
Saya berpikir sebenarnya mau istirahat panjang nulis. Saya ingin backpacking ke India, Himalaya. Cita-cita lama, mungkin sesudah acara di Washington dan Brasil. Di Brasil kita diundang untuk penerbitan novel ‘Laskar Pelangi’ saya kira sesudah itu mau backpackingdulu.
Apakah novel ‘Sebelas Patriot’ menjadi semacam sindiran terhadap hiruk pikuk PSSI?
Bukan. Novel ini sudah selesai ditulis dua tahun yang lalu. Namun saya mengalami kesulitan mencari waktu untuk menerbitkannya. Kalau keliru, dia akan dilihat orang cenderung memihak pimpinan tertentu. Jadi ketika sekarang PSSI sedang status quo, tidak ada pimpinannya, inilah saat yang paling tepat. Jadi karya ini tidak tendensius memihak siapapun selain memihak olahraga itu sendiri. ‘Sebelas Patriot’ itu adalah sebuah novel, jangan lupa. Makanya ditulis dengan tegas di sampulnya.
Indikasi dari tulisan itu adalah bahwa dia bukan based on true story, true event. Tokohnya yang ada mungkin ada, tapi mungkin juga sebenarnya dia nggak ada, jadi ada. Kejadian yang kecil dibesarkan, kejadian yang besar dikecilkan. Imajinasi pasti ada, penggarapan emosi pasti ada, dramatisasi pasti ada. Itulah novel. Dan itulah seluruh karya saya adalah novel. Saya sering sekali mendapat pertanyaan dari orang benar nggak sih. Sebagian benar, sebagian nggak. Dari mulai ‘Laskar Pelangi’ dulu begitu.
Apa klub bola dan pemain bola favorit Anda?
Saya suka Real Madrid, tapi yang utama PSSI. Saya suka sepakbola cantik. Saya suka Messi. Saya mimpi ketemu Messi. Di Indonesia saya suka Firman Utina. Dia punya kharisma yang tidak dibesar-besarkan oleh produk tertentu.
Apa obsesi terakhir Anda?
Obsesi terakhir, saya ingin sekali menjadi guru. Mengajar matematika, ekonomi, bahasa Inggris di SD atau SMP di kampung saya. Itu impian saya sekarang. Mudah-mudahan ada waktu untuk itu, nggak perlu dibayar. Saya membayangkan bangun pagi, subuh-subuh naik sepeda ke sekolah mengajar. Itu yang selalu ada di pikiran saya sekarang ini. Obsesi selanjutnya menjadi muslim yang baik. Sederhana sekali, namun susah banget.

Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun) adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).


1 Kehidupan awal
2 Pendidikan di luar negeri
3 Awal karier
4 Nahdlatul Ulama4.1 Awal keterlibatan
4.2 Mereformasi NU
4.3 Terpilih sebagai ketua dan masa jabatan pertama
4.4 Masa jabatan kedua dan melawan Orde Baru
4.5 Masa jabatan ketiga dan menuju reformasi
5 Reformasi5.1 Pembentukan PKB dan Pernyataan Ciganjur
5.2 Pemilu 1999 dan Sidang Umum MPR
6 Kepresidenan6.1 1999
6.2 2000;/li>
6.3 2001 dan akhir kekuasaan
7 Aktivitas setelah kepresidenan7.1 Perpecahan pada tubuh PKB
7.2 Pemilihan umum 2004
7.3 Oposisi terhadap pemerintahan SBY
8 Kehidupan pribadi
8.1 Kematian
9 Penghargaan9.1 Tasrif Award-AJI
9.2 Doktor kehormatan
10 Lihat pula
11 Catatan kaki
12 Daftar pustaka
13 Pranala luar

Iwan Fals

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 50 tahun) adalah seorang Penyanyi beraliran balada dan Country yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.
Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.
Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke manca negara.1 

Biografi
Keluarga
Pendidikan
Diskografi
 Album
Singel
Single Hits yang dibawakan penyanyi lain
Album kompilasi
Film
Lagu yang tidak bredar
Penghargaan

Tung Desem Waringin

Tung Desem Waringin adalah salah seorang murid terbaik Anthony Robbins (World's Number 1, Success Coach) dan Exclusive Indonesia Robert T Kiyosaki Authorized Consultant (World's Number 1, For Financial Freedom Coach).

Bapak dari 2 orang anak ini pernah berkarir di BCA selama 8 tahun (Agustus 1992-Mei 2001) dengan jabatan terakhir sebagai Pimpinan Cabang Utama BCA Borobudur di Malang dengan prestasi diraihnya selama di BCA antara lain :

1. Hasil Audit terbaik di Indonesia
2. Pertumbuhan Kartu ATM terbesar di Indonesia
3. Pertumbuhan Kartu Kredit terbesar di Indonesia
4. Pemulihan kembali pertama BCA pada saat di Rush Tahun 1998
5. Tingkat mati mesin ATM terendah di Indonesia
Beliau juga pernah berkarir di Lippo Shop sebagai Senior Vice President Marketing selama 8 bulan (Juli 2000- Febuari 2001), dan pada akhirnya beliau memutuskan untuk menjadi konsultan dan pembicara maupun Wirausaha, di bulan Februari Tahun 2001.


Kini setiap Jumat 16.30 Sore beliau menjadi pengasuh acara "SmartWealth" yang disiarkan radio SMART FM serentak di 7 kota Indonesia. Dan di waktu senggangnya beliau menjadi kolumnis rubrik "Road To Be Wealthy" di Majalah Warta Bisnis.

Sebagai Konsultan perusahaan beliau berhasil meningkatkan pendapatan dari sebuah Media Iklan Gratis di Jakarta sebesar 16 kali lipat dalam waktu 1 bulan. Meningkatkan 100% penjualan di "MANET" Toko Busana Muslim di Blok F Tanah Abang. Meningkatkan 100% Aset Bank Lestari di Jl. Setiabudi 9 Denpasar Bali & 2000% kredit sepeda motornya di Bali. Serta berhasil meningkatkan penjualan rata2 sebesar 40% dari total 9.800 Sales dari Columbia Elektronik dan Furnitur, hanya dalam sebulan setelah training dilakukan. Sales Shampoo Selsun naik 200 %. Millenium Handphone & Accessories naik 500%. Apartemen Belezza & Bellagio meningkat penjualannya sebesar 400%

Beliau dalam 48 bulan terakhir ini sudah berbicara di depan sedikitnya 218.000 orang, baik di dalam maupun di luar negeri. Beliau juga diundang oleh Columbia 19 kali, TELKOM 21 kali, BASF INDONESIA, SIEMENS INDONESIA, REUTERS INDONESIA, ANEKA TAMBANG, AKARI INDONESIA, JAYA KONTRUKSI, JAYA TRADE, AMWAY, AIG LIPPO,Citibank, Bank Mandiri, BCA, BANK DANAMON, TRIMEGAH SECURITIES, Bank Panin, Bank DIPO International, Dipo Star Finance, Bank BUMIPUTERA, 50 BPR se-Indonesia yang tergabung dalam PT. UKABIMA, Guna Group, Sungai Budi Group, Pabrik Plastik Tictas, PT. Agro Makmur Sentosa, BPPN, PT. Nestle Indonesia, PT. Hakuhodo Indonesia, Oriflame, PT. WanaArtha Life, Universitas-Universitas dll. Serta di undang sebagai Pembicara Pertama dalam "Indonesia First National Wealth Convention", September 2002"

Terpilih menjadi "10 Eksekutif 2003" versi Lions Club Surabaya Patria dan Jawa Pos Group.

Memecahkan Rekor MURI dalam penjualan buku inspirasional pertama yang terjual sebanyak 10.511 exemplar dalam 1 hari lounching buku Financial Revolution secara retail bukan corporation.

Sebagai Konsultan pribadi, Beliau membantu merubah orang menjadi percaya diri, menyembuhkan orang trauma, phobia, bulimia, menghentikan kebiasaan merokok, membantu orang gemuk menjadi langsing, membuat breakthrough sukses mulai dari anak petani sampai anak mantan Presiden Indonesia, dari lulusan SD sampai lulusan Doktor, juga Top Eksekutif dan Selebriti. Untuk hal ini Beliau ditempatkan di peringkat tertinggi di Majalah Pilar Bisnis edisi November 2002 sebagai pelatih yang mampu merubah CEO atau Top Eksekutif menjadi Lebih hebat.

Mario Teguh

Mario Teguh (lahir di Makassar, 5 Maret 1956; umur 55 tahun) adalah seorang motivator dan konsultan asal Indonesia. Nama aslinya adalah Sis Maryono Teguh, namun saat tampil di depan publik, ia menggunakan nama Mario Teguh. Ia meraih gelar Sarjana Pendidikan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang. Mario Teguh sempat bekerja di Citibank, kemudian mendirikan Bussiness Effectiveness Consultant, Exnal Corp. menjabat sebagai CEO (Chief Executive Officer) dan Senior Consultan. Beliau juga membentuk komunitas Mario Teguh Super Club (MTSC).

Perjalanan Karir Mario Teguh

Tahun 2010 kembali meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai Motivator dengan Facebook Fans terbesar di dunia.
Di tahun 2010, Beliau terpilih sebagai satu dari 8 Tokoh Perubahan 2009 versi Republika surat kabar yang terbit di Jakarta.
Sebelumnya Beliau membawakan acara bertajuk Business Art di O’Channel. Kemudian namanya semakin dikenal luas oleh masyarakat ketika ia membawakan acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV. Pada saat ini Mario Teguh dikenal sebagai salah satu motivator termahal di Indonesia.
Di tahun 2003 mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai penyelenggara seminar berhadiah mobil pertama di Indonesia.

Pengalaman Karir Mario Teguh 

  • BIMC as Head of Manager, Zamre Ab. Wahab
  • Citibank Indonesia (1983 – 1986) as Head of Sales
  • BSB Bank (1986 – 1989) as Manager Business Development
  • Aspac Bank (1990 – 1994) as Vice President Marketing & Organization Development
  • Exnal Corp Jakarta (1994 – present) as CEO, Senior Consultant, Spesialisasi : Business Effectiveness Consultant

Pendidikan Mario Teguh 

  • Jurusan Arsitektur New Trier West High (setingkat SMA) di Chicago, Amerika Serikat, 1975.
  • Jurusan Linguistik dan Pendidikan Bahasa Inggris, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang (S-1).
  • Jurusan International Business, Sophia University, Tokyo, Jepang.
  • Jurusan Operations Systems, Indiana University, Amerika Serikat, 1983 (MBA).

Buku Mario Teguh 

  •  Becoming a Star (2006)
  • One Million Second Chances (2006)
  • Life Changer (2009)
  • Leadership Golden Ways (2009)

Yan Nurindra

Yan Nurindra adalah seorang Human Achievement Specialist yang melintasi berbagai disiplin pengetahuan pemberdayaan diri, mulai dari pemberdayaan pikiran sampai dengan pemberdayaan spiritual.
Ia menaruh minat yang sangat besar terhadap berbagai hal yang terkait dengan eksplorasi potensi dasar manusia, dimana hal ini membimbingnya untuk bersentuhan dengan beragam pengetahuan mengenai manusia & alam semesta, mulai dari Mind & Brain Technology, Hypnosis, NLP, Psycho Cybernetics, sampai dengan Esoterism, dan Spirituality.
Ia banyak menyerap pemikiran para Guru-Guru pemberdayaan diri dari berbagai dimensi pengetahuan, mulai dari Stephen Covey, Edward De Bono, Milton Erickson, Ormond McGill, sampai dengan Deepak Choppra, Eknath Easwaran, dan Jiddu Khrisnamurti.
Dalam kesehariannya Yan Nurindra aktif dengan berbagai kegiatan sebagai Motivational Speaker, Trainer, Coach, Counsellor, dan juga Healer.
Sebagai seorang Trainer, Yan Nurindra telah mengajarkan berbagai pengetahuan kepada puluhan ribu orang di lingkup Indonesia & Asean. Para alumninya terdiri dari berbagai kalangan strata dan profesi, mulai dari para Psikolog, Psikiater dan Dokter dari berbagai spesialisasi lainnya, Pebisnis, Politisi, Militer, para Trainer Pemberdayaan Diri & Motivator, Selebriti, sampai dengan para Penghusada & para Tokoh Spiritual.
Dan, mungkin di suatu hari nanti ia akan hadir di lingkungan anda, bahkan mungkin akan menjadi salah satu dari sahabat anda !